Pada waktu para wali mengembangkan agama Islam di tanah Jawa khususnya di daereah Cirebon masih banyak pedukuhan-pedukuhan yang belum masuk Islam diantaranya padukuhan Dawuan dan padukuhan Pejambon.
Mendengar bahwa para wali di Cirebon menyebarkan agama Islam, akhirnya Ki Gede Dawuan mengajak Ki Gede Pejambon yang bernama Ki Marsiti untuk menyerang Cirebon. Mbah Kuwu Cirebon yang mendengar laporan bahwa Ki Gede Pejambon akan menyerang Cirebon, kemudian memerintahkan untuk Ki Sumerang yang dikenal dengan nama Ki Gede Bayulangu untuk menghadapi serangan Ki Gede Dawuan dan Ki Gede Pejambon.
Perang tandingpun tak bisa di hindari, masing-masing mengeluarkan ajian dan kesaktiannya, dan akhirnya Ki Sumerang atau Ki Gede Bayulangu mengeluarkan ajian andalannya yaitu ajian Gelap Sewu maka Ki Gede Pejambon kemudian menyerah dan bersedia masuk Islam.
Setelah Ki Gede Pejambon memeluk agama Islam, kemudian bersama-sama dengan Ki Gede lainnya membantu Mbah Kuwu Cirebon menyebarkan agama Islam. Pada akhirnya Ki Gede Pejambon meninggal di kebun (meninggal= pejah / bahasa jawa, kebun=kebon), sehingga tempat itu disebut Pejambon (pejah ning kebon), karena tersandung akar pohon labu hitam (walu ireng). Oleh karena ity sampai kini masyarakat Desa Pejambon tabu/pantang menanam labu.
Sedangkan kuburan Ki Gede Pejambon berada di komplek pemakaman Gunung Jati.
Beberapa tempat peninggalan / petilasan yang ada di desa Pejambon diantaranya :
1. Makam Ki Tataguna
2. Makam Ki Jagamangsa
3. Makam Ki Paduraksa
4. Makam Ki Patarwesa
Semuanya berbentuk makam dan lokasinya berbeda-beda. Di Desa Pejambon mempunyai adat atau tradisi yang mungkin tidak ada di temapt lain, yaitu apabila si istri di tinggal mati oleh suaminya dan kemudian si istri akan menikah lagi, maka sebelum si istri menikah, terlebih dahulu melakukan perceraian dengan almarhum suaminya layaknya orang yang masih hidup, bertempat di kuburan dan disaksikan oleh Lebe / Kaur Kersa dengan melakukan tahlilan terlebih dahulu.
Sebelum menjadi keluhuran Desa Pejambon termasuk ke dalam wilayah kecematan Cirebon Seslatan, namun pada tahun 1998 Desa Pejambon berubah status dari desa menjadi kelurahan, dan masuk kedalam wilayah kecematan Sumber.
Di kelurahan Pejambon juga terdapat sebuah bangunan atau cungkup tempat menyimpan benda-benda yang sudah berusia puluhan tahun. Cukup itu berisi patung / arca batu yang berbentuk wayang dan hewan, diantaranya patung anak putu semar, sehingga patung itu dikenal dengan nama patung SEMAR.
Lokasinya disebelah utara kantor Kelurahan Pejambon kurang lebih 300 meter dan berada dipinggir jalan raya.
Di bidang pendidikan kelurahan Pejambon memiliki :
─ Satu buah Madrasah Diniah Arrohmah
─ Dua buah Sekolah Dasar Negeri
─ Satu buah SLTP Negeri 3 Sumber
Batas-batas Kelurahan Pejambon :
─ Sebelah Utara : Desa Palir
─ Sebelah Timur : Desa Cempaka
─ Sebelah Selatan : Desa Gegunung
─ Sebelah Batar : Sungai Cipager
Nama-nama Kuwu / Kepala Desa Pejambon :
1. DURAUP (Tongkol)
2. SALIM : 1943 – 1965
3. KALIYA : 1965 – 1988
4. KASMINA : 1988 – 1997
5. SANAWI (Pejabat) : 1997 – 1998
Nama-nama Lurah di Kelurahan Pejambon :
1. Drs. MAMAT, MM : 1988 – 2000
2. Drs. HENDRA : 2000 – 2002
3. Drs. H. SUPADI : 2001 – 2002
4. SURYA : 2002 – 2003
5. Drs. R.DADANG HERYADI : 2003 –
Kamis, 16 September 2010
DESA PEJAMBON
Posted by tempat artikel on 09.19. - No comments
0 komentar:
Posting Komentar