Rabu, 12 Januari 2011
ASAL USUL DESA BAKUNG
Posted by tempat artikel on 06.20. - No comments
Dalam penyamarannya Ki Kuwu Cirebon di Gunung Kumbang, tinggal di blok Ardi Lawet bergelar Abujangkrek. Disitu Ki Kuwu memiliki dua orang putra yaitu seorang laki-laki bernama Sela Rasa dan perempuan bernama Sela Rasi.
Dijaman itu Ki Kuwu memasuki daerah Telaga, bertemu dengan seorang bernama Ki Wanajaya. Ki Wanajaya di telaga adalah seorang yang sakti mandraguna, di Telaga itu belum ada tandingannya. Dalam pertemuannya dengan Ki Kuwu, terjadilah selisih paham hingga terjadi perkelahian. Perkelahian dua orang sakti itu terjadi lama sekali, masing-masing mencari kelemahan lawannya. Tetapi belum seorangpun yang menunjukkan kelemahan untuk dapat dirobohkan salah seorang diantaranya.
Pada suatu saat diserangnya Ki Wanajaya dengan ajian Nini Badong yang berkhasiat mengeluarkan hawa dingin luar biasa. Ki kuwu mengarahkan ajian itu sangat tepat mengenai sasarannya,Ki Wanajaya menjadi tak berdaya. Ki Kuwu yang memiliki jiwa ksatria, lalu menunggu lawannya yang tak berdaya dan tidak berani menyerangnya sampai mati. Agaknya Ki Wanajaya sendiri merasakan, perlakuan lawannya tidak mudah dapat dilawannya. Ki Wanajaya menyerah minta ampun, dan Ki Kuwu dengan senang hati mengampuninya. Kemudian Ki Wanajaya mengikuti faham Ki Kuwu memasuki agama Islam.
Karena pernyataan Ki Wanajaya, Ki Kuwu berniat baik kepada Ki Wanajaya agar seterusnya tetap dalam Islam. Dimintakan kepada Ki Wanajaya agar memperistri putrinya yang bernama Sela Rasi. Ki Wanajaya mengajukan keberatan sehubungan usianya telah berjauhan dengan Sela Rasi. Ki Kuwu memberikan ilmu kepada Ki Wanajaya. Setelah ilmu itu diterima, berubahlah wajah Ki Wanajaya layaknya seorang perjaka. Ki Kuwu menyuruh Ki Wanajaya berkaca ke permukaan air agar mengetahui perubahan dirinya. Namun ditempat itu tidak ditemukan sebuah balong pun, segera Ki kuwu ditempatnya duduk mencungkil tanah, dari tanah yang dicungkilnya dikabulkan, timbullah sebuah balong yang airnya jernih sekali, Ki Wanajaya segera berkaca di balong tersebut. Ki Wanajaya tersenyum melihat tampangnya seperti perjaka kembali. Ki Kuwu menjelaskan, engkau telah kuberi Doa Janur Wenda yang telah engkau hafalkan. Doa yang telah engkau baca dikabulkan Allah, dan raut mukamu telah kembali seperti perjaka.
Ki Kuwu menunjukkan adanya binatang-binatang kecil yang disebut “Remis”, berada dipinggiran balong yang baru terjadi itu. Balong ini sebaiknya diberi nama Telaga Remis, dan tanah cungkilannya bawalah. Ki Wanajaya menurut kepada semua yang dikatakan Ki Kuwu. Ki Wanajaya kemudian dijodohkan dengan Nyi Sela Rasi, di tempatkan agar berdiam di sebuah daerah yang diberi nama Bakung. Ki Wanajaya hidup rukun bersama istrinya Nyi Selarasi di Bakung. Tanah cungkilan Telaga Remis disimpannya disebuah tempat yang diberi nama Tegal Angker. Tanah itu terletak di tapal batas blok Pager Toya dan Desa Suranenggala Kulon sekarang. Dikatakan pula oleh Ki Kuwu kelak dikemudian hari kalau tanah di Tegal Angker dipertemukan dengan air yang berasal dari Telaga Remis, tanah disana akan menjadi subur.
Berdasarkan pada cerita itu, pada masa jabatan Kuwu Bakung yang dipegang oleh Muh. Sidik, amanat itu telah dibuktikannya. Kuwu Muh. Sidik mencoba mengusahakan terjadinya air dari sungai Jamblang dapat menembus sampai ke Tegal Angker. Usahanya dibantu oleh rakyat setempat memperoleh hasil, kurang lebih tahun 1970, air dari Telaga Remis sampai ke Tegal Angker. Yang telah diamanatkan Ki Kuwu tersebut terbukti dan membuahkan hasil, Tegal Angker merupakan tanah yang subur.
Lambat laun perkampungan Bakung di kukuhkan menjadi Desa Bakung. Yang kemudian Desa Bakung dimekarkan menjadi dua Desa yaitu Desa Bakung Kidul dan Desa Bakung Lor, terjadi pada tahun 1980.
Sumber : http://otoy467.wordpress.com
ASAL-USUL DESA ARJAWINANGUN
Posted by tempat artikel on 06.17. - No comments
Alam pengembaraannya untuk mencari dan memperdalam agama islam, dua orang Padjajran Raden Walang Sungsang dan adiknya Nyi Rarasantang
Sampai ke Mesir menunaikan ibadah haji. Raden Walang sungsang pulang ke Cirebon dengan sebutan Haji Abdullah Iman, sedangkan Nyi Rarasantang tetap berada di Mesir karena telah bersuamikan Syarif Abdullah seorang Raja Mesir. Berputra dua oranng yaitu Syraif Hidayahtullah dan Syarif Nurullah. Tidak lama kemudian setelah Syarif Hidayatullah dilahirakan, ayahandanya wafat.
Menginjak usia dewasa, Syarif Hidayahtullah berpamitan kepada ibunya pergi ke Cirebon sambil mencari guru untuk memperdalam ajaran Agama Islam. Di Cirebon bertemu dengan uwaknya H.Abdullah Iman atau disebut juga Pangeran Cakra Buana yang telah memiliki seorang putri bernama nyi Mas Pakung wati, dari prnikahannya dengan Nyai Endang Geulis. Syarif hidayahtullah dinikahkan dengan Nyi Mas Pakung wati dan menduduki Keraton Pakung Wati dengan gelar Sultan Syarif Hidayahtullah atas pemberian nama uaknya P.Cakra Buana.
Belum lama di Cirebon, Syarif Hidayahtullah pergi mengembara ke Negri Cina untuk menuntut ilmu dan menyebarkan Agama Islam. Di Negeri Cina Syarif hidayahtullah sangat dihormati oleh masyarakat yang didatangi dan banyak pula yang menganut Agama Islam. Karena dianggap orang sakti dan sangat ramah dengan penduduk.
Pada suatu ketikas tejadi kebakaran di pembakaran keramik, di dalam rumah yang menyala-nyala dilanda api, tak ada seorangpun yang berani menyelamatkan bayi yang masih ada didalamnya. Dengan tenangnya Syarif Hidayahtullah masuk untuk menyelamatkan bayi lewat kobaran api yang menyala. Bayi dapat diselamatkan dengan keadaan segar bugar, begitu pula dengan Syarif hidayahtullah, pakaiannya tidak terbakar sedikitpun. Penduduk terkagum-kagum dan dianggapnya orang sakti.
Peristiwa itu terdengar Kaisar Cina yang menjadikan dirinya gusar dan marah. Maka dibuatlah tipu muslihat, diundanglah Syarif Hidayahtullah ke Istana untuk menebak apakah putri An Liong Tien benar-benar mengandung atau tidak. Dikatakannya oleh Syarif Hidayahtullah bahwa putri tuan besar mengandung. Semula Syarif Hidayahtullah akan menerima hukuman yang berat dari kaisar karena diperut Putri An Liong Tin hanyalah sebuah bantal belaka yang diletakkan didalam perutnya, sehingga persis seprti orang mengandung. Akan tetapi dalam keputren seorang emban menjerit-jerit bahwa Putri An Liong tin benar-benar mengandung. Setelah dilihat oleh kaisar benar juga adanya. Syarif hidayahtullah menyelinap keluar dari istana dan kembali ke Cirebon.
Putri An Liong Tin berpamitan kepada ayahnya untuk mencari calon suaminya di Cirebon. Dalam pertemuannya di gunung jati putri An Liong tin dinikahi oleh Syarif Hidayahtullah dan di tempatkan di daerah Luragung. Putri An Liong Tin dikenal pula dengan sebutan Ratu Petis, karena gemar makan petis.
Ketika Putri An Liong Tin melahirkan, bayi yang baru dilahirkan meninggal dunia. Karena merasa kehilangan, Putri An Liong Tin mengangkat putra Ki Gede Luragung bernama Arya Kemuning, kemudian namanya menjadi Adipati Arya Kemuning.
Pada saat menginjak usia dewasa, Dipati Arya Kemuning yang telah ditinggal ibunya wafat, pergi ke Gunung Jati untuk ayahandanya Sultan Syarif Hidayahtullah. Sulatan Syarif Hidayatullah menerimanya dengan suka hati, kemudian Dipati Arya kemuning ditugaskan untuk mengundang Suryadarma di Indramayu agar datang ke Gunung Jati.
Sekembalinya Arya Kemuning setelah melaksanakan amanat ayahandanya, karenakelelahan, Dipati Arya Kemuning istirahat untuk melepaskan lelah. Ditempat istirahat Dipati Arya Kemuning itulah sekarang disebutnya Desa Arjawinangun.
Arjawinangun terdiri dari dua kata yaitu ARJA dan WINANGUN. Arja artinya bahagia dan Winangun artinya membangun atau telah selesai melaksanakan tugas.
Nama-nama Kepala Desa Arjawinangun yang di ketahui:
1. Kuwu Waja : - 1952
2. Kuwu Kamal :1952 – 1935
3. Kuwu Sarmadi :1935 – 1938
4. Kuwu Jalut :1938 – 1942
5. Kuwu Wirya :1942 – 1947
6. Kuwu Aksari :1947 – 1948
7. Kuwu Dawud :1949 – 1956
8. Kuwu Sobari :1956 – 966
9. Kuwu SETIAJI :1966 – 1989
10. Kuwu kamar :1989 – 1999
11. Kuwu H. Ichwan :1999 – sekarang
Sumber : http://otoy467.wordpress.com.
Join The Community